Kamis, 27 Februari 2014
Skenario ALLAH SWT memang INDAH
Pernahkah ingat awal kisah cinta Ali bin Abi Thalib dengan
Fathimah? Sepupu muda Rasulullah yang disebut-sebut Rasul sebagai gerbang ilmu
pengetahuan ini menaruh hati pada putri Rasulullah SAW di masa-masa remajanya.
Bak seorang remaja yang sedang memasuki masa pubertasnya, hatinya dipenuhi
keinginan untuk menjadi partner
24 jam-nya Fathimah. Tapi Ali sadar bahwa dirinya tak memiliki
apa-apa. Terlebih lagi tersebar berita bahwa Abu Bakr telah meminang Fathimah.
Saat itu asa pupus. Ali pun menyadari bahwa dirinya hanya seonggok batu kerikil
bila dibandingkan dengan sosok Abu Bakr. Senyum pun tersirat.
Tak lama kemudian, terdengar
kabar bahwa lamaran Abu Bakr ditolak Rasul. Secercah harapan muncul dalam diri
Ali. Tapi kembali terhapus saat Ali mendengar kedatangan Umar mengunjungi
kediaman Rasul dengan niat yang sama seperti Abu Bakr. Perang batin berkecamuk
di dalam diri Ali. Satu sisi mengatakan bahwa Ali ingin sekali menikahi
Fathimah, namun sisi yang lain mengatakan bahwa dirinya tak pantas disandingkan
dengan putri seorang utusan mulia.
Namun skenario Allah tak dapat
disangka-sangka. Beberapa lama kemudian datang Abu Bakr dengan senyum manisnya
sembari membawakan undangan kepada Ali. Undangan dari Rasul. Berbekal rasa
penasaran, Ali segera mendatangi Rasul. Tak ada hari yang paling indah bagi Ali
selain hari dimana Rasul menjodohkan Ali dengan putri kesayangannya itu. Betapa
bahagia hati Ali mendapatkan tawaran khusus dari Rasul. Plot cerita yang Ali
bayangkan ternyata tak dapat mengalahkan kronologi kisah yang telah Allah buat.
Skenario Allah memang indah..
Ibrahim as. Bapak para nabi ini
memiliki segudang kisah inspiratif yang mengandung jutaan hikmah didalamnya.
Gelar bapak para nabi ini dimulai ketika Ibrahim as ingin memiliki keturunan.
Kisahnya bermula ketika Ibrahim as menikahi anak pamannya nan cantik jelita,
Sarah. Di usia pernikahannya yang sudah cukup lama, Ibrahim as dan Sarah masih
belum dikaruniai seorang anak. Keinginan memiliki keturunan ini begitu
menggebu-gebu. Tak heran. Setiap pasangan pasti ingin memiliki keturunan yang
akan melanjutkan perjuangan dakwahnya. Ibrahim as dan Sarah hanya bisa pasrah.
Karena bagaimanapun di atas sana ada Dzat Yang Maha Segalanya. Ibrahim as dan
Sarah menganggap ini sebagai ujian di dalam pernikahan mereka.
Suatu hari, Ibrahim dan Sarah
hijrah ke Mesir. Kala itu, Mesir dipimpin oleh raja yang zalim yang hobinya
mengoleksi wanita. Kedatangan Ibrahim as dan Sarah tercium oleh sang
raja. Terlebih kecantikan Sarah yang membuat sang raja ingin memilkinya. Sang
raja pun memaksa Ibrahim menyerahkan Sarah. Ujian kembali menimpa Ibrahim as.
Kedatangan pertamanya ke Mesir harus disambut dengan perlakuan tak pantas
seorang raja. Sarah pun berdoa. Ketika itu sang raja merasa lehernya tiba-tiba
tercekik. Merasa ketakutan, akhirnya Ibrahim as dan Sarah diminta pergi oleh
raja. Sebelum pergi, raja memberikan seorang hamba sahaya kepada mereka.
Namanya Hajar.
Doa Ibrahim pun terjawab, dari
pernikahannya dengan Hajar, lahirlah seorang anak tampan bernama Ismail. Memang
sekilas menyakitkan bagi Sarah. Anak pertama Ibrahim as bukan berasal dari
dirinya. Sarah pun ingin mempunyai anak. Tapi kisahnya tak berhenti sampai di
situ. Tak lama kemudian, Allah mengaruniai anak dari Sarah. Anak itu diberi
nama Ishaq. Kedua putra Ibrahim ini diutus menjadi nabi, pembawa risalah Islam.
Doa Ibrahim dan Sarah terjawab sudah.
Skenario Allah memang indah..
“Barang
siapa yang tidak ridha terhadap ketentuan-Ku, dan tidak sabar atas musibah
dari-Ku, maka carilah Tuhan selain Aku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berbahagialah menjadi seorang Muslim. Di saat cobaan datang
bertubi-tubi, seorang Muslim diajarkan bagaimana mengelola hati sehingga
hatinya tetap sabar dan
yakin akan hadirnya sentuhan hangat tangan Sang Khalik. Di saat nikmat turun
dari langit, seorang Muslim diajarkan bagaimana menata hati sehingga hatinya
senantiasa bersyukur dan
menepis jauh kemungkinan munculnya dengki.
Terkadang kita selalu berpikir,
mengapa seringkali terjadi hal-hal yang tak sesuai dengan harapan kita. Plot
cerita yang telah dirancang sebelumnya seringkali tidak berjalan mulus
dikarenakan hadirnya hal-hal di luar kendali kita. Tak jarang diri ini tak
kuasa menahan emosi yang muncul. Tapi di situlah letak nikmat dari ujiannya.
Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui ,” (Qs. Al-Baqarah : 216)
Jika kita yakin bahwa semua skenario ini telah dirancang dengan
rapi oleh Sang Sutradara Alam Semesta, maka tak perlu takut, tersenyumlah. Jika kita tahu bahwa
Sang Khalik tak akan pernah menzhalimi hamba-hamba-Nya, maka tak usah gelisah, tersenyumlah. Jika kita faham
bahwa hanya Sang Allah yang mengetahui apa yang baik untuk kita, maka tak perlu risau, tersenyumlah. Jika kita mengerti
bahwa skenario Allah itu adalah skenario yang paling indah, maka tak usah gundah, tersenyumlah..
Ketika Allah sedang menyulam kehidupan hamba-Nya, tak perlu
Allah mengungkap rencana-Nya, karena Allah ingin semua terasa indah pada waktunya. Allah
ingin melihat hamba-Nya gigih dalam menjalani prosesnya. Allah ingin melihat
hamba-Nya bercucuran air mata, bersimpuh di malam hari menghadap-Nya. Allah
ingin melihat tegarnya dada hamba-Nya, bersabar dalam menerima cobaanya. Allah
ingin melihat senyum dan ucapan syukur keluar dari mulut hamba-Nya tatkala
Allah merealisasikan doa hamba-Nya dan rencana terbaik-Nya.
Ruang lingkup penglihatan Allah
sangat sangat jauh bila dibandingkan dengan ruang lingkup penglihatan
hamba-Nya. Ibarat seseorang yang melihat dari dalam lubang, dan seorang yang
lain melihat dari atas menara. Maka, seseorang yang melihat dari atas menara
jangkauan pandangannya akan lebih luas dari jangkauan pandangan seseorang yang
melihat dari lubang. Oleh karena itu, wajar jika banyak keputusan Allah yang
berbeda dari keinginan kita. Karena Allah melihat dari sudut pandang yang luas.
Mempertimbangkan berbagai macam pertimbangan, merencanakan sesuatu dari data
yang lebih lengkap. Tak pantas bila kita menyalahkan skenario yang Allah buat.
Allah telah merancang skenario yang sempurna. Terkadang Allah
menyembunyikan mutiara yang indah di balik sebuah kotak yang terlihat kusam.
Kita tak bisa dengan mudahnya menyalahkan setiap kejadian buruk di hadapan,
karena siapa tau kejadian yang indah sedang menunggu selangkah dua langkah di
depan kejadian buruk yang menimpa kita itu. Semua akan indah pada waktunya
Seringkali
selama bertahun-tahun, aku melihat ke atas dan bertanya kepada Allah, “Allah,
apa yang engkau lakukan?” Ia menjawab, “menyulam kehidupanmu”. Dan aku
menjawab, “tetapi nampaknya hidup ini ruwet, benang-benangnya banyak yang
hitam, mengapa tidak semua memakai warna yang cerah?” Kemudian Allah menjawab,
“Hambaku, kamu teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga akan menyelesaikan
pekerjaan-Ku. Suatu saat nanti Aku akan memanggilmu ke syurga dan mendudukkanmu
di pangkuan-Ku, dan kamu akan melihat rencana-Ku yang indah dari sisi-Ku”
Skenario Allah memang indah..
Rabu, 26 Februari 2014
Keutamaan SHOLAT DHUHA
Pertama, sebagai pengganti sedekah anggota
badan
"Setiap sendi tubuh setiap orang di antara
kamu harus disedekahi pada setiap harinya. Mengucapkan satu kali tasbih
(Subhanallah) sama dengan satu sedekah, satu kali tahmid (Alhamdulillah) sama
dengan satu sedekah, satu kali tahlil (La ilaha illallah) sama dengan satu
sedekah, satu kali takbir (Allahu Akbar) sama dengan satu sedekah, satu kali
menyuruh kebaikan sama dengan satu sedekah, dan satu kali mencegah kemungkaran
sama dengan satu sedekah. Semua itu dapat dicukupi dengan melaksanakan dua
rakaat shalat dhuha." (HR Muslim dan Abu Dawud)
Kedua, dibangunkan istana dari emas
"Barang siapa shalat dhuha 12 rakaat, maka
Allah SWT akan membangunkan baginya istana dari emas di surga."(HR Ibnu Majah)
Ketiga, diampuni dosa-dosanya
"Barang siapa yang menjaga shalat dhuha,
maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan." (HR Ibnu Majah)
Keempat, dicukupi kebutuhan hidupnya
"Wahai anak Adam, rukuklah (shalatlah)
karena Aku pada awal siang (shalat dhuha) empat rakaat, maka Aku akan mencukupi
(kebutuhan)-mu sampai sore hari." (HR Tirmidzi)
Kelima, mendapat pahala setara ibadah haji dan
umrah
"Barang siapa yang shalat Subuh berjamaah
kemudian duduk berzikir untuk Allah sampai matahari terbit kemudian
(dilanjutkan dengan) mengerjakan shalat dhuha dua rakaat, maka baginya seperti
pahala haji dan umrah, sepenuhnya, sepenuhnya, sepenuhnya."
(HR Tirmidzi)
Keenam, masuk surga melalui pintu dhuha
"Sesungguhnya di surga kelak terdapat pintu
yang bernama adh-Dhuha, dan pada hari kiamat nanti akan terdengar panggilan, di
manakah orang-orang yang melanggengkan shalat dhuha, ini adalah pintu kalian
masuklah kalian dengan rahmat Allah SWT."
(HR Thabrani)
ZAKAT PENGHASILAN
Pada dasarnya para ulama membagi zakat menjadi dua: zakat fitrah dan zakat
harta atau zakat mal. Zakat fitrah adalah zakat atas individu seorang muslim
ketika memasuki bulan syawal atau setelah berpuasa. Para ulama memperbolehkan
mengeluarkan zakat fitrah tatkala ramadhan. Sedangkan zakat harta atau zakat
mal ada banyak ragamnya, seperti: zakat pertanian, zakat perdagangan, zakat
perkebunan, zakat peternakan, zakat emas, perak dan uang. Termasuk zakat
penghasilan. Jadi, zakat penghasilan merupakan salah satu
bentuk zakat harta atau zakat mal.
Adapun landasan zakat penghasilan adalah, firman Allah swt:
“Wahai orang-orang
yang beriman! Belanjakanlah (pada jalan Allah) sebahagian dari hasil usaha kamu
yang baik-baik, dan sebahagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk
kamu. Dan janganlah kamu sengaja memilih yang buruk daripadanya (lalu kamu
dermakan atau kamu jadikan pemberian zakat), padahal kamu sendiri tidak
sekali-kali akan mengambil yang buruk itu (kalau diberikan kepada kamu),
kecuali dengan memejamkan mata padanya. Dan ketahuilah, sesungguhnya Allah Maha
Kaya, lagi sentiasa Terpuji.” (Qs Al-Baqarah 267)
Sebagian ulama tafsir berpendapat bahwa ayat di atas berbicara tentang
sedekah. Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa ayat di atas berbicara
tentang zakat dan infak. Apabila kita melihat keumuman ayat di atas, pendapat
yang mengatakan ayat di atas berbicara tentang zakat dan sedekah lebih kuat.
Selain berdasarkan keumuman ayat di atas, zakat penghasilan berlandaskan pada
qiyas. Para ulama yang sepakat dengan zakat penghasilan mengqiyaskannya
dengan zakat pertanian. Menurut mereka, ada beberapa kesamaan
antara penghasilan yang diperoleh melalui kerja sebagai karyawan atau pegawai
dengan pertanian. Saat panen bagi seorang petani sama dengan saat seorang
pegawai menerima gaji. Modal seorang petani adalah, tanah dan tenaga. Sementara
modal seorang pegawai adalah tempat kerja dan tenaga. Sedangkan perbedaan jenis
harta yang diterima adalah sesuatu yang bisa berubah-rubah. Seorang pegawai bisa
mendapatkan gaji berupa uang dan bisa juga gaji berupa barang. Artinya,
perbedaan jenis harta yang diterima tidak mempengaruhi suatu hukum.
Para ulama empat madzhab sendiri sepakat bahwa qiyas
adalah salah satu sumber dalil dalam Islam. Walau pun mereka
berbeda pendapat tentang penerapan qiyas dalam satu persoalan dengan persoalan
yang lain. Dan ini tidak masalah.
Sedangkan nishab zakat penghasilan
adalah 653 kg beras atau senilai dengannya. Zakat penghasilan menggunakan
nishab tersebut karena zakat profesi dianalogikan atau diqiyaskan dengan zakat
pertanian. Apabila harga beras perkilogram 6000 maka nishab zakat profesi
adalah 3.918.000 sedangkan zakat yang dikeluarkan 2,5 persen.
CARA MENGHITUNG ZAKAT PENGHASILAN
Lebih
jelasnya, menurut Yusuf Qardhawi perhitungan zakat profesi dibedakan menurut
dua cara, yaitu:
1. Secara langsung, zakat dihitung dari 2,5 persen dari penghasilan kotor (brutto) secara langsung, baik dibayarkan bulanan atau tahunan. Metode ini lebih tepat dan adil bagi mereka yang diluaskan rezekinya oleh Allah. Contoh: Seseorang dengan penghasilan Rp 5.000.000 tiap bulan, maka wajib membayar zakat sebesar: 2,5% x 5.000.000 = Rp 125.000 per bulan atau Rp 1.500.000 per tahun.
2. Setelah dipotong dengan kebutuhan pokok
(netto),
zakat dihitung 2,5 persen dari gaji setelah dipotong dengan
kebutuhan pokok. Metode ini lebih adil diterapkan bagi mereka yang
penghasilannya pas-pasan. Contoh: Seseorang dengan penghasilan Rp 2.000.000,-
dengan pengeluaran untuk kebutuhan pokok Rp 1.000.000 tiap bulan, maka wajib
membayar zakat sebesar : 2,5% x (2.000.000 – 1.000.000) = Rp 25.000 per bulan
atau Rp 300.000,- per tahun.
Kita sudah sama-sama memahami bahwa zakat merupakan kewajiban individu
yang harus ditunaikan manakala sudah memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan, diantaranya harta yang diperoleh telah memenuhi nishab. Oleh karena
itu, setiap orang yang sudah memenuhi syarat dan tidak menunaikannya maka ia
berdosa.
Oleh karena itu, cara terbaik bagi kita yaitu dengan mengeluarkan zakat
profesi/penghasilan setiap kali kita mendapatkan penghasilan (biasanya
perbulan). Dengan mengeluarkannya setiap bulan akan lebih mudah dan aman karena
penghasilan/gaji kita masih belum dipergunakan untuk kebutuhan lainnya yang
tidak terduga, yang mana dikhawatirkan kita tidak bisa membayar zakat setelah
itu. Wallahua’lam.
Langganan:
Postingan (Atom)