Dikisahkan bahwa seorang ulama besar generasi tabi’in, imam Hasan bin Abul
Hasan al-Bashri berjalan melewati beberapa orang yang bercengkerama dan tertawa
terbahak-bahak di siang hari bulan Ramadhan. Maka imam Hasan al-Bashri menegur
mereka. Beliau berkata:
“Sesungguhnya Allah SWT menjadikan bulan Ramadhan sebagai rahasia bagi
hamba-hamba-Nya agar mereka berlomba-lomba untuk menaati-Nya. Satu golongan manusia
bersegera melakukan ketaatan di bulan Ramadhan maka mereka beruntung. Sementara
golongan manusia yang tidak melakukan ketaatan di bulan Ramadhan maka mereka
pun merugi. Sungguh amat mengherankan,
bagaimana seseorang bisa tertawa-tawa dan bermain-main pada hari di mana
orang-orang yang bersegera kepada ketaatan meraih keberuntungan dan orang-orang
yang melakukan kebatilan meraih kerugian?”
è Bulan Ramadhan
merupakan bulan yang agung, di bulan inilah segala amal akan dilipatgandakan
nilainya, barang siapa yang melakukan ibadah sunnah pada bulan ini maka
nilainya sama dengan menjalankan ibadah wajib, begitu pula jikalau kita
melakukan ibadah wajib , maka nilainya akan dilipatgandakan,
Salah satu adab batin yang disebutkan oleh para ulama
setiap kali seorang muslim selesai melakukan satu amal ketaatan adalah
menghadirkan rasa harap (ar-raja’) dan rasa takut (al-khauf).
Ar Raja’ : rasa harap agar segala amal ketaatan telah
dilakukan diterima Allah SWT
Al Khauf : rasa takut apabila
amal ketaatan yang telah dilakukan
ditolak oleh Allah SWT
Allah Ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ
وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ (60) أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي
الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ (61)
Dan orang-orang yang
memberikan infak yang mereka berikan dengan hati penuh rasa takut karena mereka
(yakin) akan kembali kepada Rabb mereka. Mereka itulah orang-orang yang
bersegera kepada amal-amal kebajikan, dan merekalah orang-orang yang lebih
dahulu memperolehnya.” (QS.
Al-Mu’minun [23]: 57-61)
Ketika ayat-ayat Al-Qur’an yang mulia di atas turun, Aisyah radhiyallahu
‘anha bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam:
“Wahai Rasulullah, firman Allah yang berbunyi ‘Dan
orang-orang yang memberikan infak yang mereka berikan dengan hati penuh rasa
takut‘, apakah ia adalah orang yang berzina, mencuri dan meminum khamr?”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam menjawab:
“Tidak, wahai putri Ash-Shiddiq, akan tetapi ia
adalah orang yang melakukan puasa, menunaikan shalat dan mengeluarkan sedekah,
namun ia khawatir amal ketaatannya itu tidak diterima Allah Ta’ala.”
Setiap kali kita selesai melaksanakan shalat, maka bacaan yang pertama kali
kita baca adalah lafal istighfar tiga kali. Istighfar, yaitu meminta ampunan
Allah Ta’ala, karena boleh jadi shalat yang kita laksanakan masih belum sempurna,
baik dari aspek lahiriah meliputi sunnah-sunnahnya maupun dari aspek batiniah yaitu
kekhusyukannya.
Demikian pula hendaknya dengan seluruh amal ketaatan lainnya. Setiap kali
kita menyelesaikannya, maka kita senantiasa melakukan introspeksi diri. Boleh
jadi kita belum memenuhi semua syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya,
sehingga pahalanya berkurang atau bahkan ditolak oleh Allah Ta’ala. Setelah
beramal kebajikan, seorang muslim seharusnya akan berada di antara rasa harap
dan rasa cemas, bukan sebaliknya timbul rasa sombong dan bangga dengan amalnya
sendiri.
** Marilah kita bersama-sama berdoa semoga kita semua
memiliki sikap Ar Raja’ dan Al Khauf dalam melaksanakan segala amal ketaatan
kita kepada Allah SWT di bulan Ramadhan yang agung ini, yaitu :
Ar- Raja’ yg berarti rasa harap agar amal kebajikan
kita diterima di sisi Allah dan,
Al Khauf yg berarti rasa takut apabila amal kebajikan
kita ditolak oleh Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar