Jumat, 20 Juni 2014

Beribadah dengan Sikap Ar Raja’ & Al Khauf

Dikisahkan bahwa seorang ulama besar generasi tabi’in, imam Hasan bin Abul Hasan al-Bashri berjalan melewati beberapa orang yang bercengkerama dan tertawa terbahak-bahak di siang hari bulan Ramadhan. Maka imam Hasan al-Bashri menegur mereka. Beliau berkata:
“Sesungguhnya Allah SWT menjadikan bulan Ramadhan sebagai rahasia bagi hamba-hamba-Nya agar mereka berlomba-lomba untuk menaati-Nya. Satu golongan manusia bersegera melakukan ketaatan di bulan Ramadhan maka mereka beruntung. Sementara golongan manusia yang tidak melakukan ketaatan di bulan Ramadhan maka mereka pun merugi. Sungguh amat mengherankan, bagaimana seseorang bisa tertawa-tawa dan bermain-main pada hari di mana orang-orang yang bersegera kepada ketaatan meraih keberuntungan dan orang-orang yang melakukan kebatilan meraih kerugian?”
è Bulan Ramadhan merupakan bulan yang agung, di bulan inilah segala amal akan dilipatgandakan nilainya, barang siapa yang melakukan ibadah sunnah pada bulan ini maka nilainya sama dengan menjalankan ibadah wajib, begitu pula jikalau kita melakukan ibadah wajib , maka nilainya akan dilipatgandakan,

Salah satu adab batin yang disebutkan oleh para ulama setiap kali seorang muslim selesai melakukan satu amal ketaatan adalah menghadirkan rasa harap (ar-raja’) dan rasa takut (al-khauf).

Ar Raja’ :  rasa harap agar segala amal ketaatan telah dilakukan diterima Allah SWT
Al Khauf : rasa takut apabila amal ketaatan yang telah dilakukan  ditolak oleh Allah SWT

Allah Ta’ala berfirman:
 وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ (60) أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ (61)
Dan orang-orang yang memberikan infak yang mereka berikan dengan hati penuh rasa takut karena mereka (yakin) akan kembali kepada Rabb mereka. Mereka itulah orang-orang yang bersegera kepada amal-amal kebajikan, dan merekalah orang-orang yang lebih dahulu memperolehnya.” (QS. Al-Mu’minun [23]: 57-61)
Ketika ayat-ayat Al-Qur’an yang mulia di atas turun, Aisyah radhiyallahu ‘anha bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam:
“Wahai Rasulullah, firman Allah yang berbunyi ‘Dan orang-orang yang memberikan infak yang mereka berikan dengan hati penuh rasa takut‘, apakah ia adalah orang yang berzina, mencuri dan meminum khamr?”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam menjawab:
“Tidak, wahai putri Ash-Shiddiq, akan tetapi ia adalah orang yang melakukan puasa, menunaikan shalat dan mengeluarkan sedekah, namun ia khawatir amal ketaatannya itu tidak diterima Allah Ta’ala.”

Setiap kali kita selesai melaksanakan shalat, maka bacaan yang pertama kali kita baca adalah lafal istighfar tiga kali. Istighfar, yaitu meminta ampunan Allah Ta’ala, karena boleh jadi shalat yang kita laksanakan masih belum sempurna, baik dari aspek lahiriah meliputi sunnah-sunnahnya maupun dari aspek batiniah yaitu kekhusyukannya.
Demikian pula hendaknya dengan seluruh amal ketaatan lainnya. Setiap kali kita menyelesaikannya, maka kita senantiasa melakukan introspeksi diri. Boleh jadi kita belum memenuhi semua syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya, sehingga pahalanya berkurang atau bahkan ditolak oleh Allah Ta’ala. Setelah beramal kebajikan, seorang muslim seharusnya akan berada di antara rasa harap dan rasa cemas, bukan sebaliknya timbul rasa sombong dan bangga dengan amalnya sendiri.
** Marilah kita bersama-sama berdoa semoga kita semua memiliki sikap Ar Raja’ dan Al Khauf dalam melaksanakan segala amal ketaatan kita kepada Allah SWT di bulan Ramadhan yang agung ini, yaitu :
Ar- Raja’ yg berarti rasa harap agar amal kebajikan kita diterima di sisi Allah dan,

Al Khauf yg berarti rasa takut apabila amal kebajikan kita ditolak oleh Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar