Sabtu, 08 Maret 2014


Sebab-Sebab Turunnya RIZKI

Akhir-akhir ini banyak orang yang mengeluhkan masalah penghasilan atau rizki, entah karena merasa kurang banyak atau karena kurang berkah. Begitu pula berbagai problem kehidupan, mengatur pengeluaran dan kebutuhan serta bermacam-macam tuntutannya. Sehingga masalah penghasilan ini menjadi sesuatu yang menyibukkan, bahkan membuat bingung dan stress sebagian orang. Maka tak jarang di antara mereka ada yang mengambil jalan pintas dengan menempuh segala cara yang penting keinginan tercapai. Akibatnya bermunculanlah koruptor, pencuri, pencopet, perampok, pelaku suap dan sogok, penipuan bahkan pembunuhan, pemutusan silaturrahim dan meninggal kan ibadah kepada Allah untuk mendapatkan uang atau alasan kebutuhan hidup.
Mereka lupa bahwa Allah telah menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya sebab-sebab yang dapat mendatangkan rizki dengan penjelasan yang amat gamblang. Dia menjanjikan keluasan rizki kepada siapa saja yang menempuhnya serta menggunakan cara-cara itu, Allah juga memberikan jaminan bahwa mereka pasti akan sukses serta mendapatkan rizki dengan tanpa disangka-sangka.
Diantara sebab-sebab yang melapangkan rizki adalah sebagai berikut:
-        Takwa Kepada Allah
Takwa merupakan salah satu sebab yang dapat mendatangkan rizki dan menjadikannya terus bertambah. Allah Subhannahu wa Ta”ala berfirman, artinya,
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya.” (At Thalaq 2-3)
Setiap orang yang bertakwa, menetapi segala yang diridhai Allah dalam segala kondisi maka Allah akan memberikan keteguhan di dunia dan di akhirat. Dan salah satu dari sekian banyak pahala yang dia peroleh adalah Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dalam setiap permasalahan dan problematika hidup, dan Allah akan memberikan kepadanya rizki secara tidak terduga.
Imam Ibnu Katsir berkata tentang firman Allah di atas, “Yaitu barang siapa yang bertakwa kepada Allah dalam segala yang diperintahkan dan menjauhi apa saja yang Dia larang maka Allah akan memberikan jalan keluar dalam setiap urusannya, dan Dia akan memberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari jalan yang tidak pernah terlintas sama sekali sebelumnya.”
Allah swt juga berfirman, artinya,
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. 7:96)
- Istighfar dan Taubat
Termasuk sebab yang mendatang kan rizki adalah istighfar dan taubat, sebagaimana firman Allah yang mengisahkan tentang Nabi Nuh Alaihissalam ,
“Maka aku katakan kepada mereka:”Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun” niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. 71:10-12)
Al-Qurthubi mengatakan, “Di dalam ayat ini, dan juga dalam surat Hud (ayat 52,red) terdapat petunjuk bahwa istighfar merupakan penyebab turunnya rizki dan hujan.”
Ada seseorang yang mengadukan kekeringan kepada al-Hasan al-Bashri, maka beliau berkata, “Beristighfarlah kepada Allah”, lalu ada orang lain yang mengadukan kefakirannya, dan beliau menjawab, “Beristighfarlah kepada Allah”. Ada lagi yang mengatakan, “Mohonlah kepada Allah agar memberikan kepadaku anak!” Maka beliau menjawab, “Beristighfarlah kepada Allah”. Kemudian ada yang mengeluhkan kebunnya yang kering kerontang, beliau pun juga menjawab, “Beristighfarlah kepada Allah.”
Maka orang-orang pun bertanya, “Banyak orang berdatangan mengadukan berbagai persoalan, namun anda memerintahkan mereka semua agar beristighfar.” Beliau lalu menjawab, “Aku mengatakan itu bukan dari diriku, sesungguhnya Allah swt telah berfirman di dalam surat Nuh,(seperti tersebut diatas, red)
Istighfar yang dimaksudkan adalah istighfar dengan hati dan lisan lalu berhenti dari segala dosa, karena orang yang beristighfar dengan lisannnya saja sementara dosa-dosa masih terus dia kerjakan dan hati masih senantiasa menyukainya maka ini merupakan istighfar yang dusta. Istighfar yang demikian tidak memberikan faidah dan manfaat sebagaimana yang diharapkan.
- Tawakkal Kepada Allah
Allah swt berfirman, artinya,
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. 65:3)
Nabi saw telah bersabda, artinya,
“Seandainya kalian mau bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya maka pasti Allah akan memberikan rizki kepadamu sebagaimana burung yang diberi rizki, pagi-pagi dia dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang.” (HR Ahmad, at-Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani)
Tawakkal kepada Allah merupakan bentuk memperlihatkan kelemahan diri dan sikap bersandar kepada-Nya saja, lalu mengetahui dengan yakin bahwa hanya Allah yang memberikan pengaruh di dalam kehidupan. Segala yang ada di alam berupa makhluk, rizki, pemberian, madharat dan manfaat, kefakiran dan kekayaan, sakit dan sehat, kematian dan kehidupan dan selainnya adalah dari Allah semata.
Maka hakikat tawakkal adalah sebagaimana yang di sampaikan oleh al-Imam Ibnu Rajab, yaitu menyandarkan hati dengan sebenarnya kepada Allah Azza wa Jalla di dalam mencari kebaikan (mashlahat) dan menghindari madharat (bahaya) dalam seluruh urusan dunia dan akhirat, menyerahkan seluruh urusan hanya kepada Allah serta merealisasikan keyakinan bahwa tidak ada yang dapat memberi dan menahan, tidak ada yang mendatangkan madharat dan manfaat selain Dia.
- Silaturrahim
Ada banyak hadits yang menjelaskan bahwa silaturrahim merupakan salah satu sebab terbukanya pintu rizki, di antaranya adalah sebagai berikut:
-Sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, artinya,
“Dari Abu Hurairah ra berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, “Siapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah menyambung silaturrahim.” (HR Al Bukhari)
-Sabda Nabi saw, artinya,
“Dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu , Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, “Ketahuilah orang yang ada hubungan nasab denganmu yang engkau harus menyambung hubungan kekerabatan dengannya. Karena sesungguhnya silaturrahim menumbuhkan kecintaan dalam keluarga, memperbanyak harta dan memperpanjang umur.” (HR. Ahmad dishahihkan al-Albani)
Yang dimaksudkan dengan kerabat (arham) adalah siapa saja yang ada hubungan nasab antara kita dengan mereka, baik itu ada hubungan waris atau tidak, mahram atau bukan mahram.
- Infaq fi Sabilillah
Allah swt berfirman, artinya,
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. 34:39)
Ibnu Katsir berkata, “Yaitu apapun yang kau infakkan di dalam hal yang diperintahkan kepadamu atau yang diperbolehkan, maka Dia (Allah) akan memberikan ganti kepadamu di dunia dan memberikan pahala dan balasan di akhirat kelak.”
Juga firman Allah yang lain,artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. 2:267-268)
Dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah saw bersabda, Allah swt berfirman, “Wahai Anak Adam, berinfaklah maka Aku akan berinfak kepadamu.” (HR Muslim)
- Menyambung Haji dengan Umrah
Berdasarkan pada hadits Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dari Ibnu Mas”ud Radhiallaahu anhu dia berkata, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, artinya,
“Ikutilah haji dengan umrah karena sesungguhnya keduanya akan menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana pande besi menghilangkan karat dari besi, emas atau perak, dan haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga.” (HR. at-Tirmidzi dan an- Nasai, dishahihkan al-Albani)
Maksudnya adalah, jika kita berhaji maka ikuti haji tersebut dengan umrah, dan jika kita melakukan umrah maka ikuti atau sambung umrah tersebut dengan melakukan ibadah haji.
- Berbuat Baik kepada Orang Lemah

Nabi saw telah menjelaskan bahwa Allah akan memberikan rizki dan pertolongan kepada hamba-Nya dengan sebab ihsan (berbuat baik) kepada orang-orang lemah, beliau bersabda, artinya,
“Tidaklah kalian semua diberi pertolongan dan diberikan rizki melainkan karena orang-orang lemah diantara kalian.” (HR. al-Bukhari)
Dhu”afa” (orang-orang lemah) klasifikasinya bermacam-macam, ada fuqara, yatim, miskin, orang sakit, orang asing, wanita yang terlantar, hamba sahaya dan lain sebagainya.
- Serius di dalam Beribadah

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, dari Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, “Allah Subhannahu wa Ta”ala berfirman, artinya,
“Wahai Anak Adam Bersungguh-sungguhlah engkau beribadah kepada Ku, maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kecukupan dan Aku menanggung kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukan itu maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak menanggung kefakiranmu.”
Tekun beribadah bukan berarti siang malam duduk di dalam masjid serta tidak bekerja, namun yang dimaksudkan adalah menghadirkan hati dan raga dalam beribadah, tunduk dan khusyu” hanya kepada Allah, merasa sedang menghadap Pencipta dan Penguasanya, yakin sepenuhnya bahwa dirinya sedang bermunajat, mengadu kepada Dzat Yang menguasai Langit dan Bumi.

Dan masih banyak lagi pintu-pintu rizki yang lain, seperti hijrah, jihad, bersyukur, menikah, bersandar kepada Allah, meninggalkan kemaksiatan, istiqamah serta melakukan ketaatan, yang tidak dapat di sampaikan secara lebih rinci dalam lembar yang terbatas ini. Mudah-mudahan Allah memberi kan taufik dan bimbingan kepada kita semua. Amin.

MAKSIAT Penyebab KEKALAHAN


            Secara harfiyah, maksiat artinya durhaka atau tidak patuh. Maksudnya adalah suatu perbuatan yang tidak mengikuti apa yang telah digariskan Allah Swt. Lawan dari maksiat adalah taat. Salah satu konsekuensi penting dari keimanan kepada Allah Swt adalah taat kepada segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya, baik dalam keadaan sendiri maupun bersama orang lain, dalam situasi senang maupun susah, begitulah seterusnya.
Dalam perjuangan menegakkan ajaran Islam, setiap pejuang harus selalu berada dalam ketaatan dan tidak boleh melakukan hal-hal yang bernilai maksiat. Hal ini karena kemaksiatan akan mengakibatkan penilaian dosa dari Allah Swt dan dosa akan menimbulkan akibat yang sangat fatal, baik bagi individu maupun jamaah.

AKIBAT MAKSIAT.
Dosa yang merupakan kemaksiatan setidak-tidaknya akan membawa empat akibat, tidak hanya di dunia ini tapi juga di akhirat nanti. Empat akibat itu sangat penting kita pahami dan kita renungi agar dosa dan kemaksiatan tidak kita anggap sepele, sekecil apapun kemaksiatan itu.

 1. Menggelisahkan Hati.
            Ketenangan hati merupakan sesuatu yang sangat diperlukan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya, apalagi bagi para pejuang di jalan Allah. Sebagai manusia, kehidupan ini bisa dijalani dengan baik manakala ada ketenangan batin, namun bila ketenangan jiwa tidak dimiliki, tentu saja kehidupan ini tidak bisa dijalani dengan baik. Karena itu, sangat berbahaya bila pemimpin dan rakyatnya tidak memiliki ketenangan jiwa disebabkan dosa yang dilakukannya. Hal ini karena dosa memang dapat menggelisahkan hati pelakunya dan bisa berakibat pada tindakan-tindakan yang mendatangkan perbuatan dosa berikutnya, Rasulullah bersabda:

Dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan dalam hati seseorang, sedangkan ia tidak setuju kalau hal itu diketahui oleh orang lain. (HR. Ahmad)

2.     Terjadi Bencana Alam
Di dunia ini seringkali terjadi bencana alam mulai dari kemarau yang terlalu panjang hingga masyarakat kesulitan air, gunung meletus, gempa bumi, tanah longsor, banjir, kebakaran, angin kencang dan sebagainya. Hal itu jangan kita anggap sebagai peristiwa alam biasa. Karena pada hakikatnya bencana ada kaitannya dengan dosa yang dilakukan oleh manusia sehingga Allah Swt menunjukkan kemurkaan-Nya. Allah Swt berfirman,

      Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Q.S. Al-Ankabut (29) : 40)

     Terjadinya berbagai bencana alam pada hakikatnya adalah untuk mengingatkan manusia agar menyadari kesalahannya sehingga mereka mau kembali ke jalan Allah yang benar. Allah Swt berfirman,

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS Ar-Rum (30) : 41)

3.     Pertentangan Antar Manusia ( adanya konflik ).
Dosa yang dilakukan oleh manusia ternyata bisa menimbulkan konflik di antara sesama mereka. Bahkan hingga terjadi tindakan-tindakan yang ganas, antar satu dengan lainnya, sesuatu yang semula tidak kita duga sama sekali. Hal ini karena orang yang berbuat dosa tidak mau mengakui kesalahannya, meskipun tahu bahwa ia telah berbuat salah. Maka orang yang dianggap telah berbuat salah dan dosa akan dipermasalahkan sehingga terjadilah konflik yang tidak sedikit melahirkan tindakan-tindakan yang sadis. Karena itu, bila di suatu negeri sering terjadi konflik, baik antar masyarakat maupun para pemimpinnya, salah satu yang harus kita teliti adalah dosa apa yang mereka lakukan sehingga mereka saling berselisih. Hal ini terdapat di dalam firman-Nya,

Katakanlah: Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain. Perhatikanlah, betapa kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami (QS Al-An’am (6) : 65)
           
Dalam kehidupan berjamaah, bila di antara anggota-anggotanya ada yang melakukan kemaksiatan, ini akan menimbulkan pertentangan di antara mereka. Pertentangan yang bisa menimbulkan hilangnya kekuatan jamaah itu karena ada perpecahan, Rasulullah Saw bersabda:

Demi yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, tiada dua orang saling mengasihi lalu bertengkar dan berpisah kecuali karena akibat dosa yang dilakukan oleh salah seorang dari keduanya (HR. Ad Dailami)

4.    Terhambat Untuk Bisa Masuk Surga.

Dalam rangkaian peristiwa pada hari kiamat, ada saat di mana manusia akan menunggu keputusan Allah Swt, apakah ia akan dimasukkan ke dalam surga atau ke neraka. Orang yang banyak beramal shaleh dengan membawa pahala yang banyak,  akan tenang-tenang saja menghadapi situasi itu. Bahkan dari raut wajahnya nampak kegembiraan karena ia yakin akan keputusan Allah yang menggembirakan dirinya, yakni dimasukkan ke dalam surga. Tapi bagi orang yang berbuat dosa dalam hidupnya di dunia, apalagi dosa-dosa besar yang dibawanya, maka ia sangat murung dan takut dalam menghadapi keputusan Allah terhadap dirinya. Apalagi memang tidak mungkin rasanya bila ia masuk ke dalam surga karena dalam kehidupan yang dijalaninya, ia selalu berpaling dari nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an, Allah Swt berfirman,

Barang siapa berpaling dari Al-Qur’an, maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat, mereka kekal di dalam keadaan itu. Dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari kiamat, (yaitu) di hari (yang waktu itu) ditiup sangkakala  dan Kami akan mengumpulkan pada hari itu orang-orang yang berdosa dengan muka yang biru muram (QS Taha (20) : 100-102). 

            Hal itu dapat itu terjadi, pada sebuah negeri yang dapat dikatakan sebagai negeri yang penuh dosa Sehingga tidak mungkin bisa dicapai kebahagiaan dan ketenangan hidup di dalamnya. Bahkan di dalam hadits, Rasulullah Saw memastikan orang yang bermaksiat kepada Allah Swt dan mati dalam kemaksiatan tidak akan bisa masuk ke dalam surga, Rasulullah Saw bersabda:

Semua umatku akan masuk surga, kecuali yang tidak mau. Sahabat bertanya, “Siapa yang tidak mau Ya Rasulullah?”. Rasul menjawab, “Barang siapa yang taat kepadaku ia masuk surga dan  siapa yang durhaka kepadaku ia termasuk orang yang tidak mau”.


AKIBAT DALAM PERJUANGAN.
  Objektifitas sejarah dalam Islam telah menunjukkan kepada kita betapa kemaksiatan bisa menjadi penyebab suatu kekalahan dalam perjuangan. Dari sekian banyak peristiwa, ada dua peristiwa penting yang bisa kita jadikan rujukan untuk mengambil pelajaran.

Pertama, kekalahan dalam perang Uhud yang  terjadi karena ketidakdisiplinan para sahabat. Ketika itu, Rasulullah Saw belum menyatakan bahwa perang sudah selesai meskipun musuh-musuh sudah meninggalkan arena perang karena mendapatkan serangan yang dahsyat dari pasukan muslim. Tapi sebagian sahabat justru telah melakukan pengumpulan harta rampasan perang (ghanimah), maka sahabat-sahabat yang lainpun turut serta mengumpulkan harta itu, termasuk pasukan yang di atas bukit. Melihat hal itu, sisa-sisa tentara kafir melakukan konsolidasi dan mereka naik ke atas bukit lalu melakukan serangan yang bertubi-tubi hingga para sahabat kocar-kacir, bahkan 70 orang sahabat menjadi syahid dan Rasulullah Saw sendiri terperosok ke dalam lubang, mengalami luka dan giginya sampai patah.

Kedua, kekalahan dalam perang Hunain meskipun kaum muslimin berjumlah sangat banyak, yakni 12.000 pasukan, sedangkan pasukan kafir hanya 4000 orang. Hal ini terjadi karena adanya perasaan sombong dan menganggap enteng lawan karena jumlah pasukan yang banyak. Hal ini menyebabkan jumlah pasukan Islam menjadi sedikit dan yang sedikit itulah yang kemudian menunjukkan kesungguhan sehingga berhasil mengalahkan musuh.

Dari dua contoh ini, menjadi jelas bagi kita bahwasanya kemaksiatan atau perbuatan dosa akan memberikan dampak buruk bagi diri kita karena kemaksiatan hanya akan membuat Allah menjadi murka, bahkan sangat besar kemurkaan-Nya sehingga sulit memberikan kemenangan kepada kaum muslimin.


أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ - والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Memakmurkan MASJID

Menjadi penduduk Indonesia, yang merupakan sebuah negeri muslim terbesar merupakan nikmat yang perlu kita syukuri. Di negeri ini, kita sebagai muslim bisa melakukan  ibadah dengan mudah. Cobalah kita bayangkan jikalau kita hidup di negeri yang muslimnya masih minoritas. Kita mungkin akan merasakan kesulitan yang luar biasa untuk hanya melaksanakan ibadah, seperti halnya sholat jumat secara berjamaah.

Jikalau kita melihat saudara muslim kita di salah satu bagian Inggris tepatnya di Bridgford Barat, disana saudara kita sangat kesulitan mencari lahan kosong untuk mendirikan masjid. Selama bertahun-tahun mereka harus pergi ke kota lain untuk bisa shalat Jum'at. Bahkan adapula sebagian dari mereka yang menggunakan garasi rumah sebagai masjid.

Demikian pula di Perancis. Karena kekurangan masjid, saudara-saudara muslim kita disana terpaksa shalat Jum'at di Jalan Raya.

Patut kita syukuri bahwa di Indonesia terdapat sangat banyak masjid. Sampai akhir 2011 saja masjid di Indonesia tercatat sebanyak 900.000 . Hal ini merupakan sebuah angka yang cukup fantastis sekaligus membuat miris.

Mengapa miris? Karena ternyata banyak masjid yang tidak makmur. Masjid saat ini hanya digunakan sebagai tempat shalat fardhu, itupun sepi dari jama'ah.

Maka tugas kita hari ini bukan lagi memperbagus fisik masjid. Apalagi membangun masjid baru yang megah. Tugas kita saat ini adalah memakmurkan masjid

Kata “memakmurkan” berasal dari kata dasar "makmur". Kata itu merupakan serapan dari bahasa Arab
 ( عَمَرَيَعْمُرُ -عِمَارَةً )  yang memiliki banyak arti. Diantaranya adalah: membangun, memperbaiki, mendiami, menetapi, mengisi, menghidupkan, mengabdi, menghormati dan memelihara. Kata itu dipakai oleh Allah dalam firman-Nya yang juga menunjukkan keutamaan pemakmur masjid :

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. At-Taubah : 18)

Dengan demikian, arti "memakmurkan masjid” adalah membangun, mendirikan dan memelihara masjid, menghormati dan menjaganya agar bersih dan suci, serta mengisi dan menghidupkannya dengan berbagai ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT.

Sejarah mencatat ada banyak fungsi dan peran masjid pada masa Rasulullah SAW,  diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Sebagai tempat ibadah (shalat, dzikir)
2. Sebagai tempat syuro (musyawarah) dan konsultasi
3. Sebagai tempat pendidikan
4. Sebagai tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya
5. Sebagai tempat pengobatan para korban perang
6. Sebagai tempat pengadilan dan mendamaikan sengketa
7. Sebagai tempat santunan sosial
8. Masjid digunakan sebagai Aula dan tempat menerima tamu
9. Sebagai tempat menahan tawanan
10. Sebagai pusat penerangan dan informasi serta pembelaan agama

Berkaca dari definisi memakmurkan masjid dan sejarah Nabi, maka setiap bentuk ketaatan kepada Allah bisa digolongkan sebagai usaha memakmurkan masjid. Adapun ketaatan tersebut dapat berupa :

Pertama, mendirikan dan membangun masjid
Membangun masjid adalah amal pertama memakmurkan masjid. Karena tanpa adanya masjid, bagaimana mungkin kita dapat memakmurkannya?

Barangsiapa membangun masjid –karena mengharap wajah Allah- maka Allah akan membangunkan untuknya yang semisalnya di surga. (HR. Al-Bukhari)

Memperbaiki masjid juga termasuk upaya memakmurkan yang akan diganjar oleh Allah SWT dengan dibangunkan rumah oleh Allah di surga, dengan syarat asalkan ikhlas.

Barangsiapa membangun sebuah masjid karena Allah walau seukuran sarang burung atau lebih kecil dari itu, maka Allah akan membangunkan untuknya rumah di dalam syurga.”(HR. Ibnu Majah)

Kedua, membersihkan dan mensucikan masjid, serta memberinya wewangian

Dari Aisyah, ia berkata, "Rasulullah memerintahkan untuk membangun masjid-masjid di perkampungan-perkampungan, (lalu) dibersihkan dan diberi wewangian." (HR. Abu Daud)

Ketiga, mendirikan shalat jama'ah di masjid
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

Shalat jama'ah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendirian (HR. Muslim)

Keempat, memperbanyak dzikrullah dan tilawah Qur'an di masjid
Rasulullah SAW bersabda,

Sesungguhya masjid-masjid ini tidak pantas digunakan untuk tempat kencing dan berak , tetapi hanyasanya ia (dibangun) untuk dzikrullah, shalat dan membaca al-Qur’an. (HR. Muslim)

Kelima, memakmurkan masjid dengan taklim, halaqah, dan majlis ilmu lainnya
Rasulullah SAW bersabda,


…dan tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid), untuk membaca Kitabullah (al-Qur’an) dan mempelajarinya di antara mereka melainkan akan turun ketentraman kepada mereka, rahmat akan menyelimuti mereka, para malaikat menaungi mereka dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di hadapan para malaikat di sisi-Nya…(HR. Muslim)

Demikian lima diantara bentuk ketaaatan dalam memakmurkan masjid, semoga Allah SWT memudahkan kita menjadi hamba-hambaNya yang memakmurkan masjidNya.

UJIAN & COBAAN

Bismillahirrohmanirrohim ....

“ Maha suci Allah yang di tangan-Nya lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun ” (QS Al Mulk : 1-2 )

Dalam ayat surat Al Mulk tersebut dapat kita ketahui bersama bahwasanya Allah SWT telah menjadikan adanya kematian dan kehidupan di dalam dunia ini, dengan tujuan untuk memberikan ujian dan cobaan kepada setiap hamba-Nya, sehingga Allah SWT ingin melihat amal-amal terbaik apa saja yang dilakukan oleh hamba-Nya.

Dan perlu diketahui bahwasanya ujian Allah SWT terhadap orang yang beriman adalah keniscayaan. Adapun tingkatan dari ujian Allah tersebut akan disesuaikan dengan kadar keimanan yang dimiliki oleh masing-masing individu tersebut.

Hal ini senada dengan Hadits Rasulullah SAW sebagai berikut :

Diriwayatkan dari Sa’ad Ibn Waqash, ia berkata, “ Wahai Rasullulah, siapakan manusia yang paling banyak diuji ?” Rasulullah lalu menjawab, “ Para nabi, lalu orang-orang yang sholeh dan seterusnya (sesuai dengan kadar keimanan yang dimilikinya). Bila ia memiliki iman yang kuat, maka makin kuatlah ujian yang harus dihadapinya. Bila keimanannya tipis, maka makin berkurang pulalah ujian baginya. Ujian akan tetap menimpa seorang hamba di muka bumi ini walaupun ia tidak memiliki dosa sedikitpun” ( HR Ahmad )

Layaknya realita kehidupan di dunia ini dimana seorang pelajar sebelum menginjakkan kakinya di tingkat pendidikan yang lebih tinggi, maka ia pun harus melewati ujian terlebih dahulu. Dimana dengan semakin tingginya tingkat pendidikan yang dilalui, maka ujian yang harus dihadapi olehnya pun akan semakin sulit...... 

Hal ini sama halnya dengan ujian dan cobaan yang Allah SWT berikan kepada orang - orang yang beriman, dimana Allah SWT akan memberikan ujian dan cobaan sesuai dengan kadar keimanan yang dimiliki. Semakin kuat keimanan yang dimiliki oleh seseorang, maka akan semakin berat ujian dan cobaan yang Allah SWT berikan, begitu pula sebaliknya. Dan perlu diketahui bersama bahwasanya Allah SWT tidak akan salah dalam memberikan ujian dan cobaan kepada hamba-hambanya, karena Allah SWT tidak akan memberikan suatu ujian ataupun cobaan yang melebihi batas kemampuan seorang hamba untuk menanggungnya.

Perlu diketahui bersama bahwasanya ujian dan cobaan yang Allah SWT berikan ada 2 macam. Yang pertama ujian dan cobaan dari Allah SWT bisa merupakan suatu MIHNAH ( KESULITAN ), Sedangkan yang kedua, ujian dan cobaan dari Allah SWT bisa merupakan suatu MINHAH ( KEMUDAHAN )

Dimana seorang hamba dituntut untuk selalu BERSABAR jikalau mendapatkan KESULITAN dan dituntut untuk selalu BERSYUKUR jikalau mendapatkan suatu KEMUDAHAN dari Allah SWT.      

Adapun pada umumnya bersikap SABAR terkadang lebih mudah daripada mensyukuri suatu kenikmatan. Contohnya, Jika kita melihat fenomena di kehidupan sekarang ini, kita sering sekali menemui orang – orang yang dengan mudahnya bersikap SABAR jikalau diberikan mereka diberikan suatu musibah karena seringkali mereka langsung melakukan introspeksi dan evaluasi sesaat setelah mereka mendapatkan suatu musibah. Akan tetapi sebaliknya kita jarang sekali menemukan orang-orang yang senantiasa BERSYUKUR  terhadap segala KENIKMATAN yang telah Allah SWT berikan, baik itu berupa rizki yang mereka dapatkan ataupun kesenangan-kesenangan lain yang mereka dapatkan, karena terkadang mereka terlena atas kenikmatan-kenikmatan tersebut. Padahal mereka lupa bahwasanya baik itu KESULITAN maupun KEMUDAHAN, itu semua merupakan ujian dari Allah SWT yang harus dipertanggungjawabkan kelak di kemudian hari.

Maka dengan demikian , bisa dikatakan bahwasanya ujian dengan KEMUDAHAN memiliki pahala yang lebih besar dibandingkan ujian dengan KESULITAN.

Hal ini sama halnya yang diungkapkan oleh salah satu sahabat Nabi Umar bin Khattab yang berkata bahwasanya :

 “ Ketika kita diuji dengan KESULITAN, maka kita akan mampu bersabar atasnya. Namun di saat kita diuji dengan KEMUDAHAN, umumnya kita tidak mampu bersabar atas nya.”
Maasyiral Muslimin rahimakumullah ...

Begitulah sejatinya alur kehidupan seorang manusia sebagai hamba Allah SWT, dimana Allah SWT akan selalu mempergilirkan ujian bagi setiap hambanya, baik itu ujian berupa suatu KESULITAN ataupun ujian dari Allah SWT yang berupa suatu KEMUDAHAN. Dan kita harus bersiap- siap apabila kelak di akhirat nanti Allah SWT meminta pertanggungjawaban kita atas ujian dan cobaan tersebut, baik itu berupa KESULITAN maupun berupa suatu KEMUDAHAN yang datang dari Allah SWT. 


Kepahlawanan dalam ISLAM


Sejarah perkembangan dakwah Islam dihiasi dengan cerita-cerita kepahlawanan para pengemban dakwah Islam dari masa ke masa dan dari generasi ke generasi. Sebuah kisah yang di penuhi dengan bait-bait perjuangan dan pengorbanan. Perjuangan yang ditujukan hanya untuk mendapatkan keridhaan dari Sang Pencipta serta pengorbanan yang tiada berbatas yang dilandasi atas dasar cinta kepada Tuhan, Agama serta Rasulullah saw.

Mereka adalah pahlawan-pahlawan Islam yang karena perjuangan merekalah Islam dapat menyebar luas ke setiap sudut penjuru dunia ini. Serta berkat kegigihan mereka dalam mendakwahkan agama ini, kemurnian agama Islam dapat terjaga sampai detik ini.

Kisah perjuangan para pahlawan Islam tidak melulu tentang kesenangan dan kemewahan hidup yang mereka lakukan, karena itu bukanlah karakteristik dari jalan dakwah yang mereka lalui sebagai jalan menuju proses kepahlawanan.  Seperti apa yang sudah disampaikan oleh Al Ustadz Musthafa Masyhur dalam bukunya “Jalan Dakwah” menjelaskan bahwa salah satu karakteristik dari Jalan dakwah adalah jalan yang dipenuhi dengan ujian serta cobaan. Bahkan seringkali ujian serta cobaan yang mereka alami berupa penyiksaan baik secara fisik maupun mental yang dilakukan oleh musuh-musuh Allah swt. Sehingga tak jarang mereka harus gugur dalam kesyahidan kala menghadapi siksaan yang begitu berat dan tidak manusiawi.

Masih terukir jelas dalam benak kita tentang keteguhan dari keluarga Yasir bin Amir (Yasir Bin Amir, Sumayyah binti Khayyath serta anak mereka Ammar bin Yasir). Mereka adalah satu keluarga yang begitu teguh memegang agama mereka walaupun mendapatkan siksaan yang luar biasa dan mereka lebih memilih untuk mati dalam Islam ketimbang tetap hidup dalam kekafiran.  Serta banyak lagi kisah-kisah penyiksaan yang dialami oleh pahlawan-pahlawan Islam terutama di fase awal kemunculan agama ini di bumi mekah.

Kisah mengenai perjuangan para pahlawan Islam tidak hanya berkisar pada perjuangan mempertahankan aqidah tetapi juga perjuangan dalam melakukan ekspansi dakwah. Dalam sejarahnya muncul nama-nama seperti Khalid bin Walid, seorang panglima dan ahli strategi terbaik yang pernah dimiliki oleh agama ini. Ia selalu memenangi setiap perang yang dipimpinnya. Atau pada masa kekhalifahan ada nama seperti Shalahuddin al Ayyubi yang mampu merebut kota suci Jerusalem dari tangan pasukan salib yang telah menguasai kota tersebut selama kurang lebih 76 tahun. Atau sejarah juga telah mencatat nama seorang pemuda yaitu Muhammad Al-Fatih yang mampu memimpin pasukan untuk menaklukkan Konstantinopel. Sebuah kota yang telah di upayakan untuk dikuasai semenjak masa khalifah Umar bin Khaththab.

Dari sisi ekspansi dakwah Islam, kita juga punya para duta dakwah yang rela berada jauh dari kampung halaman mereka untuk menjamin tersampaikannya Islam ke setiap inchi bumi ini. Mereka lah pahlawan dengan jalan kepahlawanan menjadi da’i, duta dakwah agama ini. Bersedia untuk menempuh perjalanan jauh pergi ke tempat yang baru yang asing bagi mereka sendiri sehingga tak heran jika banyak para sahabat yang justru dimakamkan jauh dari tempat mereka dilahirkan.

Berbicara masalah kepahlawanan tidak hanya tentang perjuangan tetapi juga tentang pengorbanan. Para pahlawan Islam tersebut tidak hanya berjuang tetapi mereka juga berkorban demi hal yang sangat mereka cintai yaitu Allah swt, Agama dan Rasulullah saw. Karena perjuangan itu sangat dekat dengan pengorbanan. Orang yang berjuang untuk mendapatkan sesuatu maka akan ada hal lain yang akan ia korbankan untuk mendapatkan apa yang ia perjuangkan. Para pahlawan Islam telah berjuang dan berkorban dengan segala apa yang mereka miliki. Para pahlawan Islam telah berjuang dan berkorban dengan harta yang mereka miliki dan jiwa mereka sendiri untuk mendapatkan kemenangan dakwah serta mencapai kejayaan Islam.

Kita tidak akan ragu menyebut nama-nama seperti Abu Bakar ash shiddiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan atau Abdurrahman bin Auf. Mereka adalah contoh pahlawan yang telah berjuang serta berkorban untuk kejayaan Islam. Pengorbanan mereka tidaklah sedikit. Umar bin Khaththab menyumbangkan separuh harta yang dia miliki untuk membiayai pasukan dalam peperangan. Abu bakar Ash shidiq menginfaqkan seluruh harta yang dimilikinya untuk keperluan perang. Serta Abdurrahman bin Auf meninggalkan seluruh harta yang ia miliki di kota mekah dan lebih memilih untuk berhijrah ke kota madinah. Itu semua mereka lakukan karena kecintaan yang begitu besar kepada Allah swt dan Rasul. Cinta yang kepada Allah swt dan Rasul telah mengalahkan cinta mereka kepada dunia dan seisinya sehingga dengan mudahnya mereka dapat melepaskan harta mereka untuk perjuangan di jalan Allah swt.

Kecintaan yang besar terhadap Allah swt dan Rasul jua lah yang membuat seorang pemuda parlente yang biasa hidup dengan gelimangan harta seperti Mush’ab bin Umair memilih untuk meninggalkan semua kemewahan dan kemudahan yang dimiliki untuk beralih kepada satu-satunya agama yang diridhai Allah swt yaitu Islam. Bukan sebuah pengorbanan yang kecil karena setelah memutuskan untuk hidup dalam Islam segala fasilitas dan kemewahan yang dulu ia rasakan tidak pernah lagi mush’ab rasakan. Tetapi kisah membanggakan mush’ab tidak berhenti sampai di situ. Ia adalah duta dakwah pertama dalam Islam yang dikirimkan untuk mempersiapkan kota Yatsrib atau madinah sebagai tempat untuk hijrah Rasul dan umat Islam lainnya dari kota mekah. Prestasi yang membanggakan ditorehkan oleh Mush’ab karena tidak sampai satu tahun kota madinah telah futuh dan siap menyambut kedatangan baginda Rasul dan kaum Muhajirin yang lainnya.

Dalam setiap fase sejarah Islam akan melahirkan para pahlawan yang berjuang untuk menjaga kemurnian agama. Di setiap perjalanannya akan ada pahlawan-pahlawan Islam yang hadir untuk menghancurkan makar-makar yang dibuat oleh musuh-musuh Allah swt. Di setiap masa akan ada pahlawan-pahlawan Islam yang akan memberikan “hukuman” dan menebar rasa takut kepada musuh-musuh Allah swt yang mencoba menghancurkan agama ini.

Pahlawan-pahlawan Islam itu adalah mereka yang berjuang dengan ikhlas hanya demi Allah swt. Pahlawan Islam adalah mereka yang rela melepaskan segala hasrat pribadi dan menggantinya dengan hasrat tunggal yaitu tercapainya kejayaan Islam dan mengembalikan izzah agama ini kepada tempatnya. Pahlawan Islam adalah mereka yang mampu mengorbankan harta dan jiwa mereka untuk ditukar dengan surga dan seisinya. Pahlawan-pahlawan Islam adalah orang-orang yang menjadikan Allah swt sebagai tujuan, Muhammad saw sebagai teladan, Al Qur’an sebagai pedoman hidup serta mati dijalan Allah sebagai cita-cita tertinggi.

Sebuah perenungan untuk kita semua. Apakah kita termasuk dalam barisan pahlawan-pahlawan Islam? Barisan orang-orang yang berjuang untuk kejayaan Islam. Barisan orang-orang yang lebih mencintai Allah swt, agama dan Rasulullah saw ketimbang dunia dan seisinya. Barisan orang-orang yang teguh dan kokoh keimanannya. Barisan orang-orang yang rela mengorbankan harta dan jiwanya dijalan Allah swt. Besar harapan kita agar termasuk dalam barisan orang-orang di atas. Karena merekalah orang-orang yang insya Allah swt mendapatkan “tiket” masuk surganya Allah swt. Semoga kita menjadi pahlawan-pahlawan Islam yang berjuang demi kejayaan Islam.

Semoga kita menjadi pahlawan-pahlawan Islam yang bersedia melepaskan hasrat pribadinya dan menggantinya dengan hasrat untuk menyebarkan ajaran Islam sampai ke setiap inchi bumi. Semoga kita menjadi pahlawan-pahlawan Islam yang lebih mencintai Allah swt, Agama dan Rasulullah saw daripada dunia dan seisinya. Semoga kita menjadi pahlawan-pahlawan Islam yang mengorbankan harta dan jiwa hanya untuk mendapatkan ridha dari Allah swt. Semoga kita menjadi pahlawan-pahlawan Islam yang berjuang bukan karena ingin disebut pahlawan.



Karakteristik ISLAM


     Dimana hal ini merupakan keunggulan-keunggulan kompetitif yang membedakan antara agama Islam dengan agama yang lainnya.

     Karakteristik / keunggulan ini tidak dimiliki oleh agama lain sehingga dengan mengetahui serta memahami karakteristik dari Islam ini, secara tidak langsung dapat menguatkan kembali keimanan serta ketakwaan yang kita miliki saat ini.

Karakteristik Islam yang Pertama adalah ....  Islam adalah agama yang Robbaniyah

      Yang berarti agama Islam ini merupakan agama yang bersumber dari Rabb ( yaitu Allah SWT)
Seperti yang kita ketahui bersama bahwasanya Islam diturunkan oleh Allah SWT dengan perantara Al Quran sebagai kitab sucinya.

Hal ini difirmankan Allah SWT di dalam surah Al Baqarah : 2

“ Kitab ( Al Quran ) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”

Dari ayat tersebut dapat kita ketahui bahwasanya  ... Kita selaku umat muslim harus mayakini Al Quran sebagai sumber kebenaran yang mutlak dimana tidak ada lagi keraguan di dalamnya. Selain daripada itu, kita pun harus menjadikan Alquran sebagai petunjuk hidup bagi kita selaku hamba Allah agar tetap berada di jalan yang lurus.

Petunjuk yang dimaksud disini adalah Al Quran dapat dijadikan sebagai pedoman bagi umat manusia, seperti halnya : pedoman dalam melaksanakan ibadah, pedoman dalam melakukan aktifitas sehari-hari, ataupun sebagai pedoman untuk menentukan hukum dalam kehidupan sehari-hari.  

Dengan tidak adanya keraguan di dalam Al Quran, maka memberikan konsekuensi kepada kita semua bahwasanya Al Quran tidak bisa diperdebatkan lagi karena Al Quran merupakan sumber referensi yang valid 100% kebenarannya. Lain halnya dengan kitab-kitab suci agama lain dimana kitab-kitab suci selain Al Quran telah banyak terkontaminasi oleh tangan-tangan manusia sehingga belum bisa dijamin 100% kebenarannya. Hal inilah yang membedakan kitab suci Al Quran dengan kitab-kitab suci agama lainnya.

Kalau kita melihat realita kehidupan yang saat ini sedang terjadi ,.. dapat kita ketahui bersama bahwasanya umat Islam saat ini banyak mengalami kemunduran.
Kemunduran-kemunduran yang dialami oleh umat muslim saat  ini sebenarnya disebabkan oleh umat Islam itu sendiri, .. dimana saat ini umat Islam belum mau mengimplementasikan Al Quran dengan benar, padahal Allah SWT sejatinya telah memberikan solusi-solusinya di dalam kitab suci Al Quran.

Oleh sebab itu .. saat ini yang sebenarnya dibutuhkan oleh umat muslim agar menjadi maju dan tidak mengalami kemunduran adalah bagaimana kita selaku umat muslim mampu memahami kalam-kalam Ilahi yang terdapat di dalam Al Quran,.. yang kemudian dapat diimplementasikan di dalam kehidupan nyata sehari-hari .

Jika kita tinjau kembali, saat ini banyak sekali hasil penelitian dari para ilmuwan yang menyatakan akan kebenaran ayat-ayat dari kitab suci Al Quran. Hal inilah yang harus kita jadikan sebagai bahan renungan bersama bahwasanya kitab suci Al Quran memiliki kebenaran yang mutlak yang bersumber dari Rabb semesta alam, yaitu Allah SWT.

Selanjutnya karakteristik Islam yang kedua adalah .... Islam adalah Agama yang Syumuliyah (Menyeluruh)

Allah SWT berfirman di dalam surah Al Baqarah : 208

“ Wahai orang-orang yang beriman ! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syaitan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.”

Dari Ayat tersebut dapat kita ketahui bersama bahwasanya Allah SWT menyuruh kita untuk menjalankan ajaran agama Islam secara keseluruhan, tidak dengan secara parsial atau sebagian.

Dengan menjalankan agama Islam secara keseluruhan, berarti kita telah mengikhlaskan diri kita untuk mengabdi kepada Allah SWT secara keseluruhan pula. Sehingga sudah seyogyanya segala amal perbuatan yang kita lakukan harus berorientasi untuk mendapatkan ridho Allah SWT.

Agama Islam merupakan agama yang mencakup seluruh dimensi, baik itu Dimensi Waktu, Dimensi Demografi, Dimensi Geografi,  serta Dimensi Kehidupan.
·       
          Terkait dengan Dimensi Waktu ... dapat kita ketahui bersama bahwasanya Islam menembus batas waktu. Di mulai dari zaman Nabi Adam Alaihi Salam sampai dengan zaman Nabi Muhammad SAW serta dilanjutkan hingga saat ini dakwah Islam masih masih terus berlangsung.
·        
     Adapun untuk Dimensi Demografi ... dapat kita ketahui bersama bahwasanya Islam diturunkan oleh Allah SWT dan  diperuntukkan untuk seluruh umat manusia .... Islam tidak hanya diturunkan oleh Allah untuk  satu kaum atau suku tertentu saja, akan tetapi Islam diturunkan untuk seluruh umat manusia.
·    
     Sedangkan pada Dimensi Geografis .... kita ketahui bersama bahwasanya Islam menyebar ke seluruh wilayah tanpa ada pengecualian.

Jikalau kita memperhatikan dan mengkaji kembali .. Sesungguhnya Allah SWT telah tepat menjadikan Tanah Arab sebagai pusat dari penyebaran Islam, karena jikalau kita lihat dari sisi geografis , Tanah Arab tepat berada di lokasi yang strategis untuk penyebaran dakwah Islam ... dimana Tanah Arab berada di antara 3 benua, yaitu : benua Eropa, benua Afrika dan Benua Asia.
Sehingga tidak mengherankan bahwasanya dahulu ketika masa kejayaan Islam berlangsung ... Islam pernah menguasai 2/3 daratan yang ada di dunia.

·          Sedangkan terkait dengan Dimensi Kehidupan .... disini Islam telah mengatur seluruh dimensi kehidupan yang ada pada kehidupan manusia, baik itu dari segi sosial, ekonomi, pendidikan, budaya, hukum, dan lain sebagainya.

Seluruh sendi dari dimensi kehidupan ini sesungguhnya telah diatur di dalam kitab suci Alquran, tinggal saat ini apakah kita mau mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Adapun karakteristik Islam yang terakhir adalah .... Islam adalah agama yang Insaniyah. Adapun yang dimaksud dengan Islam adalah agama yang Insaniyah disini adalah Islam merupakan agama yang berorientasi pada seluruh insan manusia

Allah SWT  berfirman di dalam surah Ar Rum : 30

 “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); sesuai fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”  

Dari ayat tersebut dapat kita ketahui bersama bahwasanya Agama Islam sesungguhnya telah sesuai dengan fitrah manusia, sehingga jikalau ajaran-ajaran agama Islam ini diaplikasikan  di dalam kehidupan nyata maka dapat dipastikan tidak akan timbul kekacauan di mana-mana.

Itulah tadi 3 karakteristik Islam yang menjadikan Agama Islam ini berbeda dengan Agama yang lainnya .. Islam adalah Agama yang Robbaniyah, Islam adalah Agama yang Syumuliyah, dan Islam adalah 
Agama yang Insaniyah.

 Wallahu ‘alam bishowab